![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg5y7A6gJBBg8iW6sCTXDHXtM6miynpqL-5iAZy0TVvdv1Z2o9dJsbOdbziwOMVCvXHjqbSd-lejlOUuWxddEgSjlB_QChpnqiSXWicLjb86CY_VT-X7Megoj1nFOxAbOtoUoWlxgPT5sNP/s1600/IMG-20140731-00915.jpg)
Seperti menjawab pertanyaanku, seorang bapak mendekati kami dan mengatakan bahwa ada air terjun di seberang, sayang sekali kalau ke Teluk Sulaiman tapi nggak kesana.
Setelah deal menyewa kapal ke seberang, kami akhirnya memulai perjalanan menuju air terjun. Membutuhkan waktu sekitar 1 jam untuk tiba di seberang sana. Ya hitung-hitung proses penghitaman kulit, menikmati kulit terbakar matahari jam 1 siang, puncak teriknya matahari :-).
Sejam kemudian, kami pun tiba di seberang. Pemandangan khas pantai menyambut rombongan kami. Pasir putih yang terhampar indah menarik perhatian saya untuk mengeluarkan bunyi "jepreeet".
Setelah sesi "pemotretan" selesai kami menuju ke air terjun yang jaraknya kurang lebih hanya 30 meter dari pantai.
Walaupun tidak seindah air terjun Sarambu Assing di tempatku atau air terjun di Bantimurung, tapi layaklah kalau ini disebut air terjun, mengingat suamiku pernah bilang kalau teman kantornya pernah mengajaknya melihat air terjun tapi ternyata yang disebut air terjun itu hanyalah air mengalir yang mungkin ketinggiannya hanya 1-2 meter saja. Lebih tepat disebut "air jatuh" kata suamiku hahahaha.
Tempatnya tidak terlalu besar dan air terjunnya pun tidak terlalu tinggi. Anak-anak dari teman serombongan kami menikmati suasana air terjun dengan mandi di tempat itu. Sementara orang tua mereka menemani anak-anak itu mandi, saya dan suami lebih memilih berfoto bersama. Ketimbang nggak ngapa-ngapain...
Sekitar sejam setelah itu anak-anak selesai mandi dan kami pun siap-siap untuk perjalanan 1 jam menyeberang ke tempat semula.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar